Kamis, 25 Juni 2009

Kemotrapi Bisa Kurangi Darah

Jumat, 15 Mei 2009 | 15:54 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com - Banyak orang masih berpikir kemoterapi yang kerap digunakan untuk pengobatan kanker merupakan tindakan yang sangat berbahaya. Sebenarnya untuk apa sih tindakan itu?

Dalam situs resmi Rumah Sakit Pusat Kanker Dharmais, Dr.dr.Noorwati S,SpPD.KHOM mengatakan, kemoterapi bertujuan untuk membunuh sel kanker atau menghentikan pertumbuhan sel kanker yang masih tertinggal.Dengan pengobatan ini beberapa jenis kanker dapat disembuhkan secara tuntas dengan satu jenis kemoterapi atau beberapa jenis kemoterapi.
Rata Penuh
Manfaat lain, kata Noorwati untuk menghambat perkembangan kanker agar tidak bertambah besar atau menyebar ke jaringan lain. Dan manfaat terakhir, jika kemoterapi tidak dapat menghilangkan kanker, maka kemoterapi yang diberikan bertujuan untuk mengurangi gejala yang timbul pada pasien, seperti meringankan rasa sakit dan memberi perasaan lebih baik serta memperkecil ukuran sel kanker pada daerah yang diserang.

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa kemoterapi dapat diberikan dengan cara infus maupun suntikan langsung. Suntikan bisa dilakukan di otot, bawah kulit dan rongga tubuh. Cara yang lain adalah diminum karena bentuknya berupa tablet atau kapsul.

Perlu diketahui, ada beberapa efek samping kemoterapi, misalnya lemas, mual dan muntah, gangguan pencernaan, sariawan, rambut rontok, otot dan saraf, kulit menjadi kering dan bewarna merah, serta berefek pada darah.

Khusus pada darah ini, disebutkan Noorwati, beberapa jenis obat kemoterapi dapat mempengaruhi kerja sumsum tulang yang merupakan pabrik pembuat sel darah. Akibatnya jumlah sel darah menurun.

Kasus yang kerap dijumpai adalah penurunan sel darah putih (leokosit). Penurunan ini terjadi pada setiap kemoterapi. Karena itu tes darah akan dilaksanakan sebelum kemoterapi berikutnya untuk memastikan jumlah sel darah telah kembali normal. Penurunan jumlah sel darah dapat mengakibatkan mudah penderita terkena infeksi, pendarahan dan anemia.

Yang jelas, katanya, setiap obat memiliki efek samping yang berbeda. Reaksi tiap orang pada tiap siklus juga berbeda. Setiap efek samping bersifat sementara dan berkurang bila terapi dihentikan. Noorwati pun berpesan, pertimbangkan dan diskusikan dengan dokter Anda mengenai untung dan ruginya melakukan pengobatan kanker dengan cara kemoterapi.

ONE
Sumber Kompas

Selasa, 23 Juni 2009

Efek Buruk Kemoterapi Bisa Dicegah

Sabtu, 8 November 2008 | 13:03 WIB

KEMOTERAPI adalah sebuah proses penghancuran sel-sel penyakit dalam masa penyembuhan seorang penderita kanker. Tujuannya ideal yakni membunuh sel-sel kanker. Namun ternyata, proses penghancuran sel-sel kanker ternyata dapat juga merusak sel-sel darah dan sel-sel tubuh lainnya. Kondisi ini disebut Sindrom Lisis Tumor (SLT). Dalam bahasa kedokteran, SLT adalah suatu kegawatan onkologi dengan gejala gangguan metabolik yang berat akibat pengobatan kanker dengan proliferasi tinggi maupun terjadi spontan tanpa pengobatan kanker.

Namun, ahli Hematologi Onkologi Medik Penyakit Dalam dari FKUI dr. Dody Ranuhardy, Sp. PD, KHOM mengatakan sindrom ini bisa dicegah dengan pengenalan-pengenalan dini kepada pasien yang berisiko. Pengenalan dini dapat dilakukan dengan pemberian cairan (profilaksis) yang cukup serta pengobatan yang tepat dan agresif.

"Bahkan bisa menunda terapi tumor sampai selesainya profilaksis bila memungkinkan," ujar Dody dalam The 1st Symposium on Oncology Emergency: Cardiovascular and Metabolic Emergency in Cancer di RS Dharmais Jakarta, Sabtu (8/11).

Menurut Dody, penderita kanker yang terkena SLT biasanya mengalami gangguan metabolik dan elektrolit, misalnya mual, muntah, lethargia, overload cairan atau kejang dan kram otot. Gejala ini biasanya terjadi sebelum terapi. Namun, seringnya terjadi 12-72 jam setelah terapi. Dody juga mengatakan sebenarnya bukan hanya kemoterapi yang berpotensi menimbulkan efek negatif. Proses pengobatan melalui radiasi atau kortikosteroid pun memiliki potensi serupa.

"Sindrom terjadi akibat cepatnya penghanduran sel kanker. Jadi menyebabkan keluarnya ion-ion intraselular, asam nukleat, protein dan metabolitnya ke dalam ruang ekstraselular," ujar dr. Dody. SLT sering dijumpai pada penderita kanker berikut, seperti kanker hematologi, kanker leukimia akut, atau juga kanker testis, kanker payudara dan kanker paru sel kecil.

Caroline Damanik
Sumber : kompas

Minggu, 07 Juni 2009

The Diagnosis of Breast Cancer

By MC Ezzia
Breast cancer isn't constantly detected with the naked eye. Its early signs are frequently hidden in your breast tissues. Alterations to your breasts that you do see might not be the outcome of breast cancer in any way.

Lumps and bumps might come and go, like your hormones ebb and flow, and as you age. Breast skin might alter texture because of sunburn, radiation treatments, or infections that lead to skin complaints. Accordingly how would you be acquainted with for sure whether or not a lump, skin rash, or skin dimpling is benign or cancerous? You will require assistance from your medical professionals to obtain a comprehensible diagnosis.

An abnormal region on a mammogram, a lump, or other alterations in the breast could be caused by cancer or by other, less critical problems. To discover the cause of any of these signs or symptoms, a woman's doctor does a cautious physical exam and inquires regarding her personal and family medical history.

Based on these exams, the doctor might make a decision that no further tests are required and no treatment is needed. In such cases, the doctor might require to check the woman repeatedly to observe for any alterations. Frequently, however, the doctor has to get rid of fluid or tissue from the breast to make a diagnosis.

If the diagnosis is cancer, the patient might want to inquire these matters:
- What type of breast cancer do I suffer? It is invasive?
- What did the hormone receptor test demonstrate? What other lab tests were done on the tumor tissue, and what did they confirm?
- How will this report assist the doctor settle on what type of treatment or further tests to suggest?

The real procedure of diagnosis could take weeks and engage lots of various types of tests. Waiting for outcomes could feel like a lifetime. The ambiguity stinks. But once you comprehend your own exceptional "big picture," you could make better judgments. You and your doctors could devise a treatment strategy tailored just for you.

With advances in screening, diagnosis, and treatment, the death rate for breast cancer has declined by roughly 20% over the past decade, and research is continuing to build up even more effectual screening and treatment programs.

Source : EzineArticles